
PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT, itulah tekline peringatan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke 77, tekline itu memang terasa sangat tepat dalam, menggambarkan kondisi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini, terutama dalam menggambar kondisi kehidupan masyarakat Indonesia umumnya.
Akhir tahun 2019 Covid-19 menyerang masyarakat Indonesia. Jakarta merupakan daerah yang terdampak pertama, menyusul daerah lain di pulau Jawa dan bali, selanjutnya keluar Jawa. Jakarta dan sekitarnya menjadi daerah terdampak luas dengan jumlah masyarakat terinveksi paling banyak. Serangan Covid-19 ini telah merubah tatanan kehidupan masyarakat, semua sekolah-sekolah dan kampus di tutup. Mahasiswa, siswa dan murid sekolah belajar secara online dengan kondisi tidak menentu. Karyawan kantor di perintahkan untuk bekerja dari rumah. Rumah sakit diberitakan penuh. Setiap hari pemerintah melalui televisi mengumumkan perkembangan Covid-19 mulai dari teindikasi Covid-19 sampai angka kematian akibat Covid-19.
Covid-19 tidak hanya menyerang imunitas manusia tetapi juga telah menyerang perekonomian. Banyak sektor ekonomi lumpuh tidak bergerak, seperti pariwisata, sektor pariwisata benar benar lumpuh. Kita ketahui sektor pariwisata ini akan mempengaruhi bidang lainnya seperti pertanian, perhotelan restoran dan lainnya. Banyak yang lain lagi yang merasakan dampaknya Covid-19. Barangkali yang tidak merasakan dampak buruknya Covid-19 adalah usaha di bidang telekomunikasi, karena saat itu semua dilakukan secara online, dimana saat sebelumnya anak-anak sekolah dasar tidak di perbolehkan memakai hape android, maka saat Covid-19 melanda dengan sangat terpaksa orang tua mereka harus membelikan hape android, lengkap dengan paket internetnya.
Akibat lumpuhnya berbagai sektor ekonomi tidak dapat dihindari terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK), yang mengakibatkan angka pengangguran meningkat dan bertambahnya jumlah penduduk miskin. Berdasarkan data dari Badan pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 sebesar –2,07 persen.
Hal ini menyebabkan perekonomiam Indonesia pada tahun 2020 deflasi atau penurunan drastis. Pada tahun 2021 ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 3,69 lebih tinggi dibanding tahun 2020, pertumbuhan terjadi hanya pada lapangan usaha jasa kesehatan sebesar 10.46 persen, sementara lapangan usaha lain masih belum bertumbuh, begitulah kondisi sulit ini terjadi selama 2 tahun.
Awal tahun 2022 suasana kehidupan masyarakat mulai menunjukan gejala normal, anak-anak sudah memulai belajar secara offline, kita sudah mulai melihat anak–anak berpakaian seragam sekolah ada yang naik kenderaan umum, diantar orang tua, bus sekolah mereka memasuki perkarangan sekolah dengan penuh senyum dan tawa saat bertemu dengan teman–temannya yang sudah lama tidak bertemu muka dan barangkali ada yang belum pernah bertemu sama sekali.
Setalah dua tahun masyarakat merasakan betapa sulitnya ekonomi, awal tahun 2022 mereka mulai mentata kembali usaha-usaha yang sebelumnya mati suri dan bahkan ada yang mati sama sekali. Sektor-sektor usaha mulai bergerak kembali, sektor transportasi mulai bergerak kembali bandara yang biasanya kita kelihat sepi mulai bertambah ramai sehingga usaha yang ada di bandara mulai hidup kembali. Pengunjung hotel, restoran dan objek objek wisata semakin hari semakin meningkat, pedagang di pasar juga sudah membuka dagangnya. Masyarakat sudah mulai ke tatanan kehidupan normal kembali.
Suasana kehidupan normal itu juga kita rasakan saat perayaan kemerdekaan negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus. Perayaan kemerdekaan Republik Indonesia yang diperingati pada tanggal 17 Agustus 2022 terasa berbeda dengan 2021 dan 2020, Suasana 17 Agustus 2022 terasa hidup dan normal kembali, masyarakat merayakan hari kemerdekaan itu dengan penuh suka cita. Peringatan 77 tahun merdeka dengan tekline “PULIH LEBIH CEPAT BANGKIT LEBIH KUAT” membuat masyarakat menaruh harapan yang besar akan kesejahteraan kehidupan yang akan datang dan mereka tetap optimis untuk mengapai kehidupan yang lebih baik di tengah pemerintahan yang diterpa berbagai persoalan dan arogansi kekuasaan.
Tepatnya tanggal 3 September 2022 belum cukup 1 bulan tekline Pulih Lebih Cepat Bangkit Lebih Kuat itu tidak lagi memberi harapan, jangankan bangkit lebih kuat untuk pulih saja itu terasa sangat berat bagi masyarakat. Senyum dan harapan kesejahteraan untuk terwujudkan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia setelah 77 tahun merdeka itu direnggut oleh pemerintah dengan menaikan harga BMM yang merupakan nadi ekonomi, setelah naiknya harga BBM tidak dapat dihindari semua akan bergerak naik.
Dengan dalih subsidi BBM membebani APBN, APBN tidak mampu lagi memikul subsidi BBM, alasan ini terasa sangat mengada-ada dan bertolak belakang dengan laporan Kementerian Keuangan bahwa sampai dengan April 2022 Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) mencetak surplus jumbo mencapai Rp103,1 triliun, sementara itu harga minyak dunia saat ini turun di bawah 90 dollar perbarel.
Saat rakyat belum lah keluar dari keterpurukan ekonomi akibat wabah Pendemi Covid-19, pemerintah menaikan harga BBM yang membuat rakyat semakin terpuruk, yang tidak akan mungkin pulih lebih cepat, justru akan memperpanjang penderitaan.
BUKANKAH INI SEBUAH KEZALIMAN?
Penulis adalah Anggota DPR RI Periode 2009-2014 / Ketua DPW Partai Ummat Sumbar